Perkebunan Ganja, Mungkinkah?


Category: Fun, Opini, Umum
Tags: ,

Ganja! Ini pohon ganja yang tumbuh dibelakang salah satu kontrakan rumah di Banda Aceh. Jangan salah, pohon ini gak ditanam oleh siapapun, tapi tumbuh dengan sendirinya. Banda Aceh itu subur bro!

Waktu diskusi ringan diwarung kopi dengan beberapa rekan KPLI Aceh gue dapat penjelasan yang cukup memuaskan. Ternyata ganja itu bervariasi penggunaannya di Aceh. Bisa digunakan sebagai bumbu sayur, bumbu gule kambing, campuran kopi, rokok atau bahkan dijadikan dodol!

Nah, dari diskusi ringan waktu itu sempat juga tercetus ide gila. Kenapa gak bikin perkebunan ganja aja di Aceh yang direstui oleh Pemda setempat dan dikontrol penanamannya? memungkinkan atau enggak sih? tentunya harus ada studi terlebih dahulu untuk membuktikan keabsahan ide gila ini dong :-D

Berangkat dari diskusi gila itu kemudian gue iseng-iseng searching di google dan mendapatkan bahwa dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 disebutkan bahwa ganja termasuk sebagai narkotika.

narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan

Sementara yang dimaksud dengan narkotika dalam Undang-Undang tersebut terdiri dari tiga golongan yaitu golongan opiat (heroin, morfin, madat dan lain-lain), golongan kanabis (ganja, hashish) dan golongan koka (kokain, crack).

Apakah benar ganja itu narkotika seperti penjabaran diatas? Terus terang hal ini membuat gue penasaran untuk mencari beberapa referensi di internet.

Setelah gue coba cari referensi, ternyata ganja itu tidak sepenuhnya narkotika kok.

Salah satu sebab ganja digolongkan sebagai narkotika adalah karena ganja mengandung zat yang memabukkan yaitu zat Tetra Hydro Cannabinol (THC). Zat ini bisa bikin para penggunanya jadi ‘mabuk’ alias mengalami rasa senang yang luar biasa tanpa sesuatu sebab. Sementara status ganja itu haram atau halal dari sudut pandang agama Islam sendiri masih diragukan dan diserahkan sepenuhnya kepada penggunanya.

Dari situs Anti.or.id disebutkan bahwa ganja masih digolongkan lagi berdasarkan kekuatannya dengan nama yang bervariasi yaitu hemp, chasra, bhang, dagga, dinsemilla, ganja, cimeng.

Justru yang menarik gue baca ada di Wikipedia. Ternyata ganja itu juga dibedakan penggunaannya di luar negeri. Kalo untuk penggunaan terlarang, maka ganja ini disebut dengan Cannabis, sedangkan kalo untuk industri disebut dengan Hemp. Walaupun tidak dapat dipungkiri kalo keduanya berasal dari spesies yang sama.

Gue juga lakukan pencarian ke berbagai web tentang cannabis dan hemp, dan kemudian gue nyasar ke Hemp Nation. Hemp Nation adalah salah satu situs yang menerangkan ganja untuk keperluan industri. Ternyata yang membedakan Hemp dan Cannabis adalah pada kadar THC yang dimiliki. Hemp memiliki kadar THC lebih rendah daripada Cannabis.

Dari berbagai referensi itu gue bisa menyimpulkan bahwa ide gila untuk bikin kebun ganja di Aceh itu sebenernya bisa aja dilakukan. Tentunya harus merevisi undang-undang yang sudah ada agar bisa membedakan mana ganja industri dan mana ganja narkotika. Tergantung pemerintah kita berani gak melakukannya? :-D.

Pernah gak kebayang kalo suatu saat dari ganja itu bisa dihasilkan cat, deterjen, kertas, tekstil dan masih banyak lagi. Hehehe,

  • Ngecat rumah pake cat dasar dari ganja. Setelah kering cat-nya, kemudian catnya dijilatin sama para pemabok udah gitu pada giting!
  • Dijadiin kertas. Pemabok beli kertas, terus itu kertas disobek-sobek, kemudian dimakan dan akhirnya giting!
  • Dijadiin deterjen. Habis cuci-cuci baju terus airnya disimpen, udah gitu diminum dan akhirnya giting!


GANJA

Lihat Gambar
Selasa, 20 September 2005 07:30
KapanLagi.com - Semua bagian dari tanaman mengandung kanabioid psikoaktif. Tanaman canabis biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong kecil - kecil dan digulung menjadi rokok disebut joints. Akan mengikat pikiran dan dapat membuat pengguna ketagihan.

Bentuk yang paling poten berasal dari tanaman yang berbunga atau dari eksudat resin yang dikeringkan dan berwarna coklat-hitam yang berasal dari daun yang disebut hashish atau hash.

Ganja mengandung sejenis bahan kimia yang disebut delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) yang bisa mempengaruhi suasana hati dan mempengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal-hal disekitarnya.


Ganja Kering dan Rokok Ganja

Efek Pemakaian:

Dari semua jenis narkoba, ganja dianggap sebagai narkotika yang aman dibandingkan dengan putaw atau sabu. Namun pada kenyataanya sebagian besar pecandu narkoba bermula dengan mencoba ganja. Ganja mempengaruhi konsentrasi dan ingatan, bahkan seringkali para pengguna ganja akan mencari obat-obatan yang lebih keras dan lebih mematikan.

Pemakai ganja mudah kehilangan konsentrasi,denyut nadi cenderung meningkat, keseimbangan dan koordinasi tubuh menjadi buruk, ketakutan, mudah panik, depresi, kebingungan dan berhalusinasi

Janganlah Menangis Perempuan


Bob Marley tercatat berulangkali mengatakan pertunjukkannya sebagai upacara keagamaan untuk meningkatkan kesadaran akan kehidupan. Versi rekaman live salah satu lagu yang dinyanyikan dua malam itu, No Woman, No Cry, menjadi hit dunia. Rekamannya sendiri tidaklah sempurna sekali, tetapi intensitas vibrasi lagu itu menusuk setiap orang yang mendengarkannya. Lagu itu berkisah tentang seorang laki-laki (Bob Marley) yang berpisah dengan kekasihnya karena akan pergi memperjuangkan kebenaran di dunia. Judulnya No Woman, No Cry seolah mengatakan kalau tak ada perempuan maka tak akan ada tangis di dunia. Padahal Bob Marley menggunakan Bahasa Inggris Jamaika yang berarti Don't Woman, Don't Cry ; "janganlah engkau (perempuan) menangis." Menangisi sang kekasih yang pergi untuk memperjuangkan kebenaran.

Bob Marley juga yakin benar bahwa banyak lagu-lagu yang ia ciptakan adalah nujum akan masa depan yang selalu terbukti kebenarannya. Ia hampir mati terbunuh tahun 1973 oleh seorang yang masuk ke rumahnya --beberapa saat sebelumnya ia mengarang lagu Ambush in The Night yang sepertinya menceritakan kejadian itu. Ia merasa menjadi shaman yang harus terus mengingatkan manusia bahwa kebinasaan adalah niscaya dan tak lagi jauh dari mata. Ramalannya sendiri tentang kematian pada usia 36 tahun, setelah terlebih dahulu menikmati puncak kejayaannya selama tiga tahun sebagai pemusik -- entah mungkin karena ia sudah tahu terkena kanker ganas yang tak tersembuhkan -- terbukti benar.

Pada awalnya alasan ketertarikan Bob Marley pada musik sama dengan anak muda umumnya: menjadi populer dan keluar dari kemiskinan. Bapaknya seorang marinir Inggris --kulit putih-- meninggalkan ibunya --kulit hitam-- sejak Bob Marley kecil. Musiknya sangat beragam dan belajar dengan sangat rakus. Ia sangat mengenal melodi dan ritme jazz yang rumit tetapi ekspresif. Penggemar berat rock, terutama dari Fat Domino, Elvis Presley dan Ricky Nelson. Ia juga dikenal sebagai penggemar musik-musik Soul. Ia bahkan diketahui mengikuti dengan dekat Nat King Cole, yang dianggap berJazz dengan selera kaum kulit putih.

Tetapi dari itu semua, kecintaan utamanya adalah pada jenis musik tradisonal Jamaika: ska, jenis musik yang dimaklumi sebagai ibu dari musik reggae. Karena berbagai pengaruh aliran musik yang ada pada Bob Marley inilah, jenis musik reggae yang keluar dari tangan Bob Marley sangat eksplosiv dan berciri khas lain dibandingkan reggae yang sebelumnya ada.

Ketika pada akhir tahun 60an Bob Marley membentuk kelompok musiknya The Wailers --Sang Perintih-- bersama beberapa teman dekatnya, kelompok itu tak lebih dari sebuah kelompok ska sederhana. Tetapi ketika mereka mulai cenderung mereggae ketimbang ska dan mempertegas instrumen elektrik serta alat musik elektronik, mereka mulai menemukan ciri khas. Dentuman bass memandu ritme dengan ketukan seperti mengajak orang untuk meloncat-loncat. Bob Marley seringkali sengaja memainkan gitar elektroniknya dengan nada melompat-lompat sehingga sedikit agak keluar dari nada yang benar tetapi pas untuk menimpali suara bass yang menjadi patokan. Sebuah gaya yang kemudian menjadi trademark Bob Marley. Gaya bernyanyi Bob Marley juga tak jauh beda dengan cara ia memainkan gitarnya ; melengking seolah menjadi salah satu instrumen musik, yang seringkali tidak pas benar dengan nada musik yang dimainkan. Musik reggae paska Bob Marley jelas sekali terpengaruh oleh olahan Bob Marley, yang seolah kemudian diterima sebagai norma untuk memainkan reggae.

Sumber inspirasi ritme musik Bob Marley yang lain --dan reggae pada umumnya-- adalah nada repetitif seperti untuk upacara-upacara keagamaan di Jamaika. Nada repetitif ini untuk mengangkat alam bawah sadar manusia karena memang mempunyai potensi hipnotis yang hebat. Ini bukan yang luar biasa karena di seluruh dunia musik-musik tradisional --yang biasanya mempunyai kaitan dengan kepercayaan keagamaan-- cenderung menggunakan nada-nada repetitif. Apalagi jenis instrumen musik utama Jamaika adalah tambur, drum, genderang, atau semacamnya, yang tak banyak memberikan pilihan nada. Dipadu dengan pembacaan mantra maka nada repetitif menjadi medium yang efektif.

Dan yang dilakukan Bob Marley di atas panggung adalah membaca mantra --lagu-lagu ciptaannya-- dengan diiringi musik reggae. Bagi Bob Marley, mementaskan musik reggae adalah melakukan upacara keagamaan layaknya apa yang terjadi di Jamaika. Mengulang apa yang dialaminya di Jamika saat tumbuh dewasa. Adalah musik reggae olahan Bob Marley ini yang menyebar ke seluruh dunia di sepanjang tahun 70an. Mempengaruhi berbagai pemusik dunia yang sudah mapan, apapun alirannya, dan memberi inspirasi bagi pemusik pemula, baik putih maupun hitam. Yang juga membuat reggae versi Bob Marley mendunia adalah kesadaran penuhnya untuk menjadikan musik ciptaannya, dalam hal ini lirik, sebagai medium ekspresi atas observasi sosial politik.

Dari sisi idiososiologis, menurut para sosiolog musik, reggae versi Bob Marley menjadi tak jauh berbeda dengan kelahiran musik blues Amerika. Inilah yang menurut para sosiolog musik menjadi alasan mengapa Reggae bisa menyebar ke seluruh dunia. Pada sekitar tahun 70an, musik blues seperti telah kehilangan nyawanya. Dan musik rock, anak dari blues, kegemukan mengeruk uang dari dunia komersial. Reggae muncul persis seperti musik blues pada awalnya; sebagai jawaban orang kulit hitam atas kemiskinan, keputusasaan dan eksploitasi. Dan seperti musik rock ia mencoba memberi pengalaman spiritual (sesaat), persis seperti ketika musik rock mengambil alih hal itu dari kehidupan gerejani, juga sekaligus sebagai perwujudan pemberontakan kemapanan. Bahkan nama yang mapan buat kelompok musik Bob Marley adalah The Wailers, Sang Perintih, pelolong. Para anak muda dunia yang mencari alat pelampiasan dan pelarian dari dunia kapitalistik yang cuma satu dimensi, yang cuma mengukur segalanya dari seberapa tebal kantong di baju, memeluk reggae erat-erat sebagai bentuk eskapisme.

Dengan kaum hipies meredup ke pinggiran dan psychedelia gagal menjelaskan arti kehidupan di dunia, maka bersama gerakan punk, reggae menjadi sebuah trend dunia di tahun 70an. Reggae muncul dengan kakinya terhunjam ke lumpur dan kepalanya terhuyung-huyung menghantam kemapanan.


Bob Marley, Sang Pemantra Rasta


Gedung London Lyceum malam musim panas tahun 1975. Tanggalnya 18 dan 19 Juli. Konon di dua malam inilah Robert Nesta Marley, atau Bob Marley, tuntas memenuhi suratan nasibnya ; menasbihkan dirinya sendiri menjadi pengkhotbah untuk kaumnya, kaum Rastafarian.

Benar bahwa sejak sekitar akhir tahun 60an Bob Marley telah menjadi salah satu pengkhotbah paling fanatik kaum Rastafarian. Tetapi dua malam di gedung pertunjukan tua Inggris itu Bob Marley mencapai kesempurnaan yang hanya bisa diimpikan oleh banyak pemusik besar dunia, siapapun ia. Bob Marley mencapai titik ekstase transendental di atas panggung. Panggung, bagi pemusik, adalah altar untuk mencari ekstase transendental yang tak bisa mereka dapatkan di dunia yang materialistik. Pengganti altar gereja, saf-saf masjid, teras-teras candi atau apapun namanya tempat bagi diberlangsungkannya upacara keagamaan. Tak banyak pemusik besar dunia yang bisa sampai ke taraf itu, dan juga tidak setiap kali naik ke panggung efek itu akan tercapai. Dua malam itu Bob Marley menyentuh impian yang selalu didambakan setiap pemusik. Ia kesurupan dengan energi yang sepertinya tak akan habis, membuang tubuhnya ke kiri dan kekanan, berputar-putar layaknya seorang sufi yang sedang mendendangkan lagu pujaan kepada tuhan, ia mampu menyebarkan vibrasi ekstasenya ke seluruh orang yang ada di dalam gedung. Seorang saksi mata pertunjukkan mengaku kalau malam itu Bob Marley memerintahkan mereka untuk membakar kota London, ia sangat yakin mereka akan membakarnya.


Bagi Bob Marley --yang tidak sekedar menganggap panggung pertunjukkan sebagai pengganti altar upacara keagamaan, tetapi adalah altar kegamaan itu sendiri-- dua malam di Lyceum London sangatlah berarti. Pada dua malam itu anggapan kaum Rastafarian bahwa ia memang seorang pendeta --dukun atau
shaman-- terteguhkan, sesuatu hal yang ia sendiri sebenarnya sudah meyakininya sejak lama.

Rasta Itu Sehat

Istilah “Rasta” merupakan kependekan dari Rastafarian, sebuah pergerakan yang muncul di Jamaika ada era 1930an di kalangan kulit hitam ekonomi bawah. Rasta sudah dianggap sebagai filosofi hidup bahkan oleh sebagian orang, agama. Pergerakan yang hidup di masa lampau ini ternyata masih bisa eksis sampai sekarang dalam adaptasi youth lifestyle.

Popularitas pergerakan ini melesat melalui aspirasi sosial politik yang diusung oleh publisis dan organisator kaum rasta, Marcus Gravey. Bahkan dari dunia musik, Bob Marley bersama musisi-musisi reggae turut menyebarkan subkultur rasta ke seluruh dunia. Sebagian besar musik Marley berbicara mengenai kehidupan kaum rasta. Memasuki tahun 2000, sudah lebih dari sejuta penganut kultur rasta di seluruh dunia.

Penganut kultur rasta secara fisik bisa kita kenali dengan rambut dreadlock, kaos longar berwarna dominasi hijau, merah dan kuning, serta topi dread. Selain itu anak-anak rasta yang idealis juga menganut gaya hidup vegan, tidak memakan atau memakai produk-produk hewani. Tidak hanya itu, anak rasta juga ketat hanya mengkonsumsi makanan yang tidak diproses secara kimiawi, hanya makanan yang benar-benar organik saja. Sampai hari ini, rasta yang merupakan bagian integral dari komunitas reggae dianggap sebagai salahsatu gaya hidup yang paling sehat.